Kiat-Kiat Menulis
Senin, 08 Desember 2014
0
komentar
1. Menangkap ide
Langkah
awal agar bisa menulis sebuah cerita adalah memiliki ide cerita. Ide cerita
tidak harus yang rumit-rumit. Kejadian sehari-hari yang dilihat atau dialami
bisa menjadi ide cerita. Ide ini dapat juga dijadikan judul cerita. Misalnya
melihat seorang gadis sedang menyapu halaman. Itu bisa menjadi ide cerita
sekaligus dapat dijadikan judul, “Gadis Penyapu Halaman”. Kalau judulnya dirasa
kurang pas, bisa diganti dengan judul yang lain.
2. Menulis dengan gaya bahasa sendiri
Langkah
selanjutnya adalah menuliskannya dengan gaya bahasa sendiri. Orang yang bisa
baca tulis tentu bisa melakukannya. Ini yang kadang enggan dilakukan oleh
pemula. Rasa pesimis sudah menghantui padahal belum mencoba. Bagaimana akan
bisa jika mencoba pun tak dilakukan? Menulis dengan gaya bahasa sendiri berarti
menulis dengan gaya yang biasa dilakukan. Berarti pula menulis sebisanya, ya
sebisanya saja. Tak perlu dipaksakan dengan gaya bahasa yang mendayu ala
Khahlil Gibran misalnya. Kalau bisanya cuma sepanjang 2000 karakter, itu bagus.
Itu adalah proses menuju ke cerpen sepanjang 7000 karakter atau lebih. Kalau
suka menulis narasi saja, itu bagus. Kalau menulis banyak dialognya, itu juga
bagus. Semua bagus, yang penting menghasilkan tulisan.
3. Membuat paragraf pembuka
Tulisan
yang digores pertama kali adalah paragraf pembuka. Membuat paragraf pembuka
juga tidak perlu rumit-rumit. Namun demikian, yang perlu diperhatikan bahwa
bagian ini adalah bagian yang penting sebagaimana judul cerpen. Ada yang
mengibaratkan bagian ini seperti manekin (patung pajangan) yang dipasang di
etalase sebuah toko. Hal itu berarti harus menarik, agar pembaca terpancing
untuk terus membacanya.
4. Merangkai alur dan plot
Langkah
selanjutnya adalah melanjutkan paragraf pembuka yang sudah ditulis. Merangkai
kejadian demi kejadian. Dialog demi dialog. Narasi demi narasi. Alur dan plot
akan terbentuk dengan sendirinya. Tuliskan saja apa yang ada di kepala dengan
cara Anda sendiri, maka menulis pun menjadi lancar. Jika hanya berupa narasi
dan deskripsi saja, itu bagus. Jika banyak dialognya juga bagus. Semua sah-sah
saja. Jika baru mampu 2000 karakter, itu bagus. Harus dicoba menulis, menulis,
dan menulis lagi. Lambat laun akan bisa mencapai 7000 karakter atau lebih.
5. Membuat paragraf penutup
Paragraf
penutup juga hal yang sangat penting. Bagaimana sebuah cerita menjadi lengkap
dipengaruhi oleh bagian ini. Jika bagian yang disebut ending ini bagus, maka
cerpen pun bisa terdongkrak menjadi cerpen yang bagus. Bagian ini dapat ditulis
dengan ending tertutup, ending terbuka, dan ending mengejutkan.
6. Mengendapkan tulisan
Setelah
cerpen selesai ditulis, dapat diendapkan terlebih dulu. Waktunya bisa singkat,
bisa lama. Tergantung penulisnya. Pengendapan ini bertujuan untuk memberi jeda
sebelum diedit.
7. Mengedit tulisan
Cerpen yang
telah diendapkan kemudian dibaca lagi. Hal itu untuk mengetahui kesalahan tanda
baca, EYD, logika cerita, dan sebagainya. Lakukan pengeditan secukupnya.
Setelah itu berarti tulisan siap disajikan.
8. Menulis lagi, belajar lagi, menulis lagi,
demikian seterusnya
Setelah
menulis satu cerpen, jangan cepat puas. Setelah ada yang menganggap cerpennya
bagus, jangan cepat puas. Setelah cerpennya dimuat di media cetak, jangan cepat
puas. Demikian seterusnya. Menulis lagi, belajar lagi, dan menulis lagi.
0 komentar:
Posting Komentar