Berita : Kurikulum 2013 di SMA N 5 Magelang

Posted by Tri Wahyuningrum Senin, 08 Desember 2014 0 komentar
Kurikulum adalah pedoman bagi sekolah untuk menjalankan proses pendidikan. Yang dinamakan dengan pedoman seharusnya dapat memberikan arah bagaimana sesuatu itu dilakukan.  Namun nyatanya, pedoman yang dalam hal ini adalah kurikulum 2013 belum mampu dijadikan pegangan dan memberikan arah bagi sekolah untuk melaksanakan proses pendidikan.

          Kurikulum 2013 dirasa belum matang dan masih memerlukan adanya pematangan sempurna. Pihak SMA N 5 Magelang berpendapat bahwa sebenarnya ide yang ada dalam kurikulum 2013 sudah bagus. Sayangnya , persiapan tentang segala sesuatu yang dibutuhkan dalam penerapan kurikulum 2013 belum dipersiapkan dengan matang dan sempurna sehingga memberikan dampak bagi sekolah-sekolah yang menerapkan kurikulum 2013 termasuk SMA N 5 Magelang.
            Permasalahan yang dialami sekolah sangat banyak. Permasalahan itu juga menyangkut semua pihak mulai dari siswa, guru, hingga pihak pengelola sekolah.
Permasalahan paling utama yang dialami siswa berkaitan dengan proses pembelajaran yang baru dan asing bagi siswa. Apabila dalam kurikulum sebelumnya (KTSP) guru  menjelaskan terlebih dahulu tentang pokok permasalahan yang akan dibahas. Dalam kurikulum 2013 ini, siswa langsung diberi permasalahan dan diharuskan untuk mengidentifikasi masalah tersebut. Padahal, seperti yang kita ketahui bersama, setiap orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda. Tidak semua siswa akan mampu menyesuaikan dengan proses pembelajaran yang baru, alhasil, siswa yang tidak mampu menyesuaikan  akan merasa terbebani dan takut untuk maju.
Permasalahan selanjutnya berkaitan dengan guru pengajar.  Seorang tenaga pendidik harus memiliki metode atau kiat khusus dalam melaksanakan proses pembelajaran. Namun kenyataannya guru kekurangan sarana prasarana pendukung proses pembelajaran. Guru juga belum mengetahui dengan baik tentang bagaimana kurikulum 2013 seharusnya. Selain itu, guru juga kebingingan dengan langkah apa yang harus diambil agar siswa dapat mengetahui materi pembejaran tanpa membebaninya. Lebih lanjut, guru terbebani dengan tugas-tugas yang semakin banyak. Guru harus membuat RPP dan penilaian yang baru dan serba rumit.

Permasalahan yang terakhir berkaitan dengan pihak pengelola sekolah yang harus mewadahi dan memfasilitasi semua pihak sekolah termasuk guru  dan  siswa. Pengelola harus mampu memberikan sarana prasarana yang serba mencukupi agar pembelajaran dapat berlangsung dengan baik, padahal pihak sekolah berada di bawah nanungan pemerintah. Sehingga pihak sekolah harus memiliki cara khusus agar sarana prasarana tetap mencukupi meski pihak pemerintah belum memfasilitasi.
oleh : Tri Wahyuningrum
Read More..

Genre Sastra Anak Nonfiksi

Posted by Tri Wahyuningrum 0 komentar
   a.      Buku Informasi (Informational Book)
¨ Memberikan informasi, fakta, konsep, hubungan antarfakta dan konsep.
¨ Dapat menstimulasi keingintahuan anak atau pembaca.
¨ Berketegori sederhana.
¨ Contoh buku tentang kereta api, benang jahit, lautan, gunung, penyakit, makanan, tanaman, cara bercocok tanam, cara memasak kue, pengetahuan biologi, alam, fisika, sosial, buadaya, agama, seni, dan apa saja yang penting dan menarik  untuk memeprluas wawasan.
¨ Misal :
·      “Pesona Krakatau” karya Supriyadi (2001), yaitu tentang wisata Lampung.
·      “Kisah dari Negeri Semut” oleh M.A.Ichsan (1994), yang berkisah tentang pengetahuan mengenai kehidupan semut.
·      “Bau Wangi di Malam Hari” oleh Ris Their (1975), tentang buah markisa hingga pembuatan sirup markisa.
·      “Perikanan” karya Ir.Ana Tarmidi dan Iyod Sirodjudin (1996), tentang macam ikan, pemeliharaaan, penangkapan, sampai peningkatannya.

   b.      Biografi
¨ Mengenai sejarah dan kehidupan seseorang.
¨ Tidak semua aspek kehidupan dan peristiwa dikisahkan, dibatasi pada hal-hal tertentu yang dipandang perlu dan menarik.
¨ Memerlukan penelitian yang pasti dan akurat.
¨ Dapat diperiksa kebenarannya melalui dokumen-dokumen tertulis/terekam.
¨ Tokoh digambarkan sebagai individu yang khas.
¨ Anak-anak dapat belajar tentang semangat, cara hidup, capaian hidup, dan dapat menemukan teladan.
¨ Misal :
·         Buku “Masa Kecil Putra Sang Fajar 1901-1916” karya Sari Pusparini Soleh (2001), tentang kisah masa kecil Soekarno.
·         “Matahari Jakarta” karya Soekanto S.A (1973), tentang kisah kehidupan M.Husni Thamrin.
·         “Jasa Seorang Putera Boyolali” karya Ris Therik (1976).

·         Biografi Abraham Lincoln : “Penentang Perbudakan” oleh Soeroto (1986). 
Read More..

Kiat-Kiat Menulis

Posted by Tri Wahyuningrum 0 komentar
1. Menangkap ide
Langkah awal agar bisa menulis sebuah cerita adalah memiliki ide cerita. Ide cerita tidak harus yang rumit-rumit. Kejadian sehari-hari yang dilihat atau dialami bisa menjadi ide cerita. Ide ini dapat juga dijadikan judul cerita. Misalnya melihat seorang gadis sedang menyapu halaman. Itu bisa menjadi ide cerita sekaligus dapat dijadikan judul, “Gadis Penyapu Halaman”. Kalau judulnya dirasa kurang pas, bisa diganti dengan judul yang lain.
2. Menulis dengan gaya bahasa sendiri
Langkah selanjutnya adalah menuliskannya dengan gaya bahasa sendiri. Orang yang bisa baca tulis tentu bisa melakukannya. Ini yang kadang enggan dilakukan oleh pemula. Rasa pesimis sudah menghantui padahal belum mencoba. Bagaimana akan bisa jika mencoba pun tak dilakukan? Menulis dengan gaya bahasa sendiri berarti menulis dengan gaya yang biasa dilakukan. Berarti pula menulis sebisanya, ya sebisanya saja. Tak perlu dipaksakan dengan gaya bahasa yang mendayu ala Khahlil Gibran misalnya. Kalau bisanya cuma sepanjang 2000 karakter, itu bagus. Itu adalah proses menuju ke cerpen sepanjang 7000 karakter atau lebih. Kalau suka menulis narasi saja, itu bagus. Kalau menulis banyak dialognya, itu juga bagus. Semua bagus, yang penting menghasilkan tulisan.
3. Membuat paragraf pembuka
Tulisan yang digores pertama kali adalah paragraf pembuka. Membuat paragraf pembuka juga tidak perlu rumit-rumit. Namun demikian, yang perlu diperhatikan bahwa bagian ini adalah bagian yang penting sebagaimana judul cerpen. Ada yang mengibaratkan bagian ini seperti manekin (patung pajangan) yang dipasang di etalase sebuah toko. Hal itu berarti harus menarik, agar pembaca terpancing untuk terus membacanya.
4. Merangkai alur dan plot
Langkah selanjutnya adalah melanjutkan paragraf pembuka yang sudah ditulis. Merangkai kejadian demi kejadian. Dialog demi dialog. Narasi demi narasi. Alur dan plot akan terbentuk dengan sendirinya. Tuliskan saja apa yang ada di kepala dengan cara Anda sendiri, maka menulis pun menjadi lancar. Jika hanya berupa narasi dan deskripsi saja, itu bagus. Jika banyak dialognya juga bagus. Semua sah-sah saja. Jika baru mampu 2000 karakter, itu bagus. Harus dicoba menulis, menulis, dan menulis lagi. Lambat laun akan bisa mencapai 7000 karakter atau lebih.
5. Membuat paragraf penutup
Paragraf penutup juga hal yang sangat penting. Bagaimana sebuah cerita menjadi lengkap dipengaruhi oleh bagian ini. Jika bagian yang disebut ending ini bagus, maka cerpen pun bisa terdongkrak menjadi cerpen yang bagus. Bagian ini dapat ditulis dengan ending tertutup, ending terbuka, dan ending mengejutkan.


6. Mengendapkan tulisan
Setelah cerpen selesai ditulis, dapat diendapkan terlebih dulu. Waktunya bisa singkat, bisa lama. Tergantung penulisnya. Pengendapan ini bertujuan untuk memberi jeda sebelum diedit.
7. Mengedit tulisan
Cerpen yang telah diendapkan kemudian dibaca lagi. Hal itu untuk mengetahui kesalahan tanda baca, EYD, logika cerita, dan sebagainya. Lakukan pengeditan secukupnya. Setelah itu berarti tulisan siap disajikan.
8. Menulis lagi, belajar lagi, menulis lagi, demikian seterusnya

Setelah menulis satu cerpen, jangan cepat puas. Setelah ada yang menganggap cerpennya bagus, jangan cepat puas. Setelah cerpennya dimuat di media cetak, jangan cepat puas. Demikian seterusnya. Menulis lagi, belajar lagi, dan menulis lagi.
Read More..

Pendekatan Mutakhir dalam Pembelajaran

Posted by Tri Wahyuningrum 0 komentar
     1.      Pembelajaran Bahasa Masyarakat
Berakar pada konsep psikioterapi, dimana guru berperan sebgai konselor dan siswa sebagai klien. Konselor bertugas menghilangkan perasaan negatif klien. Ia bersikap fasilitatif, ramah, penuh pengertian, dan mendukung penuh klien. Untuk menumbuhkan pembelajaran dibutuhkan SARD, yakni (Security/rasa aman, Attention-aggression/atensi-agresi, retention-reflektion/retensi-refleksi, dan discrimination/diskriminasi)
     2.      Respons Fisik Total
Pendekatan respons fisik total berakar pada pandangan bahwa asimilasi informasi dan ketrampilan dapat ditingkatkan secara signifikan bila sistem sensori kinestetik dimanfaatkan secara optimal. Dalam pendekatan ini, pembelajar harus membekali diri dengan ketrampilan komprehensi dulu sebelum menguasai ketrampilan produksi. Supaya sistem sensori kinestetik optimel, pembelajaran banyak dilakukan dalam bentuk perintah-perintah.  
     3.      Pendekatan Alamiah
Pendekatan alamiah berpandangan bahwa penguasaan suatu bahasa lebih banyak bertumpu pada konteks yang alamiah dan bukan pada konteks yang formal ilmiah. Kesalahan tidak harus dihujat karena kesalahan merupakan proses dalam pembelajaran untuk menuju pada penguasaan yang baik. Model pendekatan ini bersandar pada lima hipotesis Krashen   
     4.      Pendekatan Diam
Pendekatan Diam berpandangan bahwa dalam pembelajaran bahasa selayaknya kita mengandalkan kekuatan dalam yang ada pada pelajar. Pembelajaran bahasa tidak harus penubian ataupun imitasi. Pendekatan ini yakin bahwa pembelajaran harus berpusat pada anak.
     5.      Pendekatan Sugestopedia

Pendekatan Sugestopedia berlandaskan pada sugestologi, yakni konsep yang berpendapat bahwa manusia dapat diarahkan untuk melakukan sesuatu dengan diberikan sugesti kepadanya. Pikiran dibuat setenang-tenangnya, santai, dan terbuka sehingga merangsang saraf penerima otak pembelajar.
Read More..

Cerpen : Rumah Terlarang

Posted by Tri Wahyuningrum 0 komentar
“ Terimakasih,” kataku pada supir taksi yang telah mengantarku hingga depan pintu gerbang apartment baruku.
Kring kring kring..
Ponselku berdering tak lama setelah aku turun dari taksi
“ Hallo,” kataku mengawali pembicaraan
“ Nak, apa kau sudah sampai ? ” tanya seorang wanita dari ujung telfon yang tak lain adalah ibuku
“ Iya bu, alhamdullilah saya sampai dengan selamat ”
“ Syukurlah kalau begitu, sekarang istirahatlah. Kau pasti capek kan ? ibu akan menutup telfonnya.”
“ Baik bu ”
Tutt...   Sambungan telfon terputus.
Aku kemudian memasuki pelataran apartment. Melangkahkan kakiku menyusuri setiap ruang di apartment yang akan menjadi tempat tinggalku hingga 2 tahun kedepan. Aku menaiki tangga menuju kamar 308 lantai 2 apartment.
“ Akhirnya sampai juga ” lenguhku saat tiba di kamar kecilku.
Dari atas sini aku bisa melihat setiap inci apartment. Setiap kamar yang serupa dengan cat tembok yang mulai terkelupas. Pohon Beringin yang rimbun tepat di ujung apartment dekat gerbang. Hingga sebuah rumah kecil di pojok apartment. Kata penghuni lama apartment,  rumah kecil itu dulunya adalah rumah Pak Jarwo,si tukang bersih-bersih. Namun sekarang rumah itu sudah tidak ada penghuninya karena Pak Jarwo telah lama menghilang entah kemana. Anehnya, lampu rumah kecil yang katanya adalah rumah Pak Jarwo itu tidak pernah padam, padahal sudah tidak terpakai sekitar 5 tahunan. Entah dapat hembusan angin dari mana kakiku melangkah hingga ke rumah Pak Jarwo. Kini aku berada tepat di depan rumah kecil Pak Jarwo. Aku sedikit kaget ketika lantai yang terbuat dari kayu berdecit saat terinjak, membuat bulu kudukku sedikit merinding. Kuperhatikan dengan seksama pintu kayu ini. Gagang pintunya masih terpasang rapi, bentuk pintu juga masih utuh tanpa ada yang bolong sedikitpun, hanya cat kayu yang mulai pudar yang membuat pintu ini terlihat usang.
Ceklek..
Aku membuka pintu depan rumah Pak Jarwo, kemudian melangkahkan kakiku menyusuri setiap ruangan di rumah kecil ini.
“ Aneh ” Pikirku.
Banyak yang berkata bahwa rumah kecil ini sudah tidak dihuni sekitar 5 tahunan. Tapi, setiap ruang di rumah ini sangat bersih dan rapi, bahkan lebih bersih dari kamarku. Setiap barang ditata secara apik. Aku mengambil sebuah bingkai foto yang terpasang di atas meja, foto sepasang suami istri dan satu anak perempuan dengan satu mata yang tertutup.
“ Mungkin ini keluarga pak jarwo, ” pikirku.
Setelah selesai berkeliling, aku keluar dan kembali ke kamarku. Keesokan harinya aku bercerita dengan Jia. Jia adalah sahabatku yang juga penghuni apartment, kamarnya tepat di sebelah kamarku.
“ Jia, apa menurutmu rumah kecil yang berada di pojok apartment ini benar-benar tak berpenghuni ? ”
“ Maksudmu rumah Pak Jarwo ? ”
“ Iya, bagaimana menurutmu ? ”
“ Tentu saja rumah itu kosong, kalau tidak mana mungkin rumput liar itu dibiarkan tumbuh subur di depan rumah. Kau ini ada-ada saja ”
“ Tapi setiap ruangan di dalam rumah itu sangat bersih dan rapi ”
“ Apa maksudmu ? jangan bilang kau memasuki rumah terlarang itu ” kata Jia dengan mata sedikit melotot
“ Aku hanya berkunjung ” jawabku enteng
“ Kau benar-benar gila. Jangan bermain-main di tempat terlarang itu ”
“ Aku sudah bilang kan, aku hanya berkunjung ”
“ Kau ini memang usil, aku tidak mau tau jika ada apa-apa yang menimpamu ”
“ Ah, kau ini berlebihan. Sudahlah aku kembali dulu ke kamarku ” kataku sambil berlalu meninggalkan Jia
“ Jangan bermain-main lagi. Ingat ya ..!! ” teriak Jia meningatkanku
Brukk..
Aku menghempaskan tubuhku di atas ranjang kesayanganku. Aku mencoba memejamkan mataku untuk terlelap, tapi tak berhasil. Pikiranku dipenuhi bayang-bayang rumah kecil Pak Jarwo. Pikiranku penuh dengan ribuan pertanyaan yang mengganggu. Rasanya kepala ini bisa meledak jika aku tidak segera tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Aku berdiri dan membuka sedikit gorden kamarku.
Ternyata di luar masih diguyur hujan lebat. Aku kemudian mengurungkan niatku untuk mengunjungi rumah kecil Pak Jarwo. Aku kembali menghempaskan tubuhku di atas ranjang dan memaksakan kedua mataku untuk terlelap.
Krinnggg..
Jam beker yang berbunyi dengan keras berhasil membangunkan tidur siangku.
“ Ternyata sudah sore “ kataku setelah melihat jam bekerku menunjuk pukul 16.00 WIB
Aku kemudian bergegas ke kamar mandi dan membasuh seluruh tubuhku agar kembali fresh. Setelah selesai mandi, aku bergegas ke supermarket yang ada di seberang apartment.
“ Semuanya 87 ribu “ kata penjaga kasir
“ Ini ” kataku sambil menyodorkan selembar uang 100 ribu
“ Ini kembaliannya ”
“ Terima kasih ”
“ Terima kasih telah berkunjung, silakan berkunjung lagi ” kata penjaga supermarket sambil menundukkan kepalanya
Kring kring kring..
Belum sempat aku membuka pintu kamar, telfonku lebih dulu berdering. Aku lalu meletakkan barang bawaanku kemudian mengambil ponsel di saku celanaku dan mengangkatnya.
“ ada apa ? ”
“ Mi.. ri .. sa.kit..” kata jia terputus-putus
“ Bicara yang jelas, aku tak dapat mendengar suaramu ”
“ Sa..sa..”
Belum selesai Jia berbicara, sambungan telfon sudah terputus. Aku semakin khawatir dengan keadaan Jia. Pikiranku dengan nakal membayangkan sesuatu yang tidak-tidak terjadi menimpa Jia.
Tok tok tok..
Aku mengetuk pintu kamar Jia. tidak ada jawaban.
Tok tok tok..
Aku kembali mengetuk pintu tapi jawaban dari Jia tak juga terdengar.
Ceklekk..
Aku sedikit kaget mengetahui pintu kamar Jia tidak terkunci. Pikiranku semakin nakal membayangkan hal yang tidak-tidak.
“ mungkin Jia disekap di rumah Pak Jarwo  ”  pikiran nakalku mulai berbicara
Tanpa basa-basi, aku segera menuju rumah Pak Jarwo
“ Akhinya sampai juga ” kataku dengan nafas yang masih tersengal-sengal karena berlari dari kamar Jia hingga ke rumah kecil ini.
Mulutku menganga dan mataku sedikit melotot, terkejut akan apa yang ada di depan mataku. Gagang pintu yang tadinya bagus kini sudah rusak seperti habis kena maling, padahal baru 2 hari yang lalu aku mengunjungi rumah kecil ini. Karena panik, aku mendobraknya dengan kakiku.
Bruk..
Pintu berhasil terbuka dengan sekali tendangan
Tubuhku tertunduk lemas melihat apa yang ada di depan mataku kini. Kondisi ruangan ini sangat berantakan. Banyak barang- barang berserakan di lantai, foto-foto yang telah dibingkai dengan apik terpecah-belah di lantai.
Aku mencoba berdiri dan berjalan ke kamar Pak Jarwo
Deg..
Kedua telapak tanganku menangkup erat mulutku. Tubuhku bergetar hebat, dan kedua kakiku terasa kaku tak dapat bergerak sedikitpun.
Tepat di depan mataku, kulihat sahabatku, Jia, terduduk lemas di kursi. Leher, tangan, dan kakinya terjerat rantai besi. Matanya ditutup dengan kain hitam. Sedangkan mulutnya dibungkam dengan kain yang telah dibuat menjadi sebuah gulungan. Kulihat juga Pak Jarwo yang tengah asik memainkan belati di tangannya tepat di depan wajah Jia.
Cress..
Ujung belati Pak Jarwo mengenai pipi mulus Jia. Kudengar lirih suara Jia yang  merintih kesakitan, diikut tawa menggelegar dari mulut busuk Pak Jarwo. Air mataku mulai berlinang tak kuasa melihatnya. Hati kecilku mendorongku untuk menolong Jia, tapi tubuhku dengan keras menolaknya. Tubuhku dengan tegar berdiri melihat setiap penyiksaan demi penyiksaan. Hatiku terus mengutuk tubuhku yang seakan menikmati setiap nafas penderitaan Jia.
Kreng..

Tanpa sengaja Aku menjatuhkan sebuah vas bunga kecil yang berada di atas nakas dekat pintu. Pak Jarwo berbalik dan memandangku tajam. Matanya mendelik, kemudian ia menyeringai khas seorang psikopat. Aku berbalik untuk berlari tapi sebuah pukulan lebih cepat mendarat tepat di kepalaku. Aku merasakan sakit yang teramat tepat di kepalaku, aku terhuyung dan jatuh ke lantai. Rasanya sangat sakit hingga aku tak sanggup untuk membuka mata. Aku merangkak menjauh tapi Pak Jarwo dengan cepat menyeretku dan memukul kembali kepalaku bertubi-tubi hingga akhirnya aku tak mampu merasakan sakit dan semuanya hilang. 

oleh : Tri Wahyuningrum
Read More..